Selasa, 08 Juni 2010

GARA-GARA MOTOR

Suasana kelas hening. Yang ada hanya celoteh Ibu Sejarah yang sedang menerangkan sejarah Revolusi Bolshevik di Rusia, ketika terdengar pintu di ketuk dari luar. Took... took... took...
“Assalamu’alaikum...” sebuah sapaan meluncur dari seorang siswa saat pintu itu terbuka.
Serentak seluruh penghuni kelas 12 IPS 3 itu membalas salam, “Wa’alaikum salam...” lalu saling berbisik satu sama lain, siapa sich anak itu? Perasaan dia belum pernah beredar di wilayah sekolah ini. Begitulah adanya...
“Hmm... kamu siapa?” tanya Ibu Sejarah memcoba menangkap situasi.

“Ngg... apakah benar ini kelas 12 IPS 3?” tanya pemuda itu ragu-ragu. Ibu Sejarah mengangguk.
Pemuda berkacamata itu bernafas lega, “Alhamdulillah. Oh, iya... maaf, Bu! Saya murid baru disini!”
Kemudian dia masuk. Berjalan dengan langkah tegap. Kacamata minus itu tak mengesankan bahwa dia adalanh anak yang culun. Justru itu menambah wibawanya. Pakaiannya rapi, menandakan dia anak yang sopan. Semua siswa di kelas itu, terutama ceweknya terpesona dengan penampilannya. Saat angin sepoi menyusup melalui jendela yang terbuka, wangi parfum yang dipakainya berhembus membius hidung mereka. Dia benar-benar berhasil menimbulkan kesan pertama yang indah. Lalu ia mulai memperkenalkan diri.
“Namaku Dwisan Farhanul Barkah. Tapi cukup panggil aku Dwi. Aku pindahan dari SMAN 1 Jakarta. Sekarang aku tinggal di Perumahan Griya Ciranjang no.5. Hmm... mungkin cukup ya!” lantas Dwi berjalan kearah Ibu Sejarah yang kebetulan adalah wali kelasnya dan bertanya dimana dia akan duduk. Ibu Sejarah menujukkan sebuah bangku kosong di sisi Fajri yang ketua kelas. Kebetulan dia duduk sendirian. Lalu pelajaran dimulai lagi.

***

Hari demi hari silih berganti, seiring dengan waktu yang terus bergulir. Dan tidak terasa dua bulan sudah Dwi tinggal di kelas ini.Waktu selama dua bulan itu, cukup baginya untuk beradaptasi dengan kondisi sekolah barunya. Dengan sikapnya yang low profile dia mampu menarik perhatian teman-temannya pun para guru. Terlebih otaknya tergolong cerdas sehingga dengan cepat menjadi kesayangan para guru. Namun, namanya yang cepat meroket itu ternyata membuat Fajri tidak senang. Maklum selama ini dirinyalah yang menjadi pusat perhatian. Tapi jadi tidak maklum karena sikapnya yang semula akrab dengan Dwi perlahan merenggang.
“Ri, kamu tau gak bayaran LKS semester ini berapa?” tanya Dwi suatu kali.
Fajri yang sedang membaca buku sambil bersandar di dinding menjawab acuh, “Noh, di kopsis kan ada kaca. Kamu lihat aja deh disana tagihan LKS. Kan ditempel tuh kertasnya disana!” lalu meneruskan membaca buku.
Dwi menarik nafas panjang, lantas berlalu begitu saja...
Pernah suatu ketika saat pelajaran Sosiologi, Dwi kebingungan mencari Karya Ilmiahnya yang seharusnya dia presentasikan. Sampai-sampai dia harus balik lagi ke rumah, dikira karyanya ketinggalan. Hal ini jelas membuatnya malu sampai kena damprat Pak Sosiologi yang galak itu. Padahal belum pernah dia merasakannya sebelum itu. Anisa yang tahu kalo biang keroknya adalah Fajri, buru-buru menulis sebuah pesan singkat buat Fajri di secarik kertas, Isinya, “Keterlaluan kamu Ri! Tega banget sich ma temen!” lalu dilemparkannya kepada Fajri. Saat dibuka oleh sang KM itu, dia tersenyum sinis. Kemudian membalas, “Biarin! Biar tau rasa gimana dibentak guru! Emangnya dia cuma mau senengnya aja gitu?! Hehehe...”

***

Dan, rasa benci di dalam diri Fajri semakin memuncak tatkala Dwi meminjam motornya saat punalng sekolah. Tapi hingga pukul tiga sore belum juga dikembaliin. Padahal dia udah duduk di warung Si Oom dua jam penuh! Sampe kesemutan pula!
Ternyata kesabarannya telah habis. Sambil mengumpat panjang pendek sampe gak karuan segala dia beranjak pergi. Tujuannya cuma satu. Datang kerumah Dwi di Griya. Ingin banget dia menghajar wajah Dwi yang innocent itu sepuas-puasnya. Ketika sampai di tujuan, dia mendapat jawaban yang mengecewakan. Kata ibunya Dwi, anaknya lagi ada dirumah Cepi di bilangan Bojong Picung. Tak menunggu waktu, dia menetop angkot dan balik lagi ke arah sekolahnya. Di pertigaan Pasar Metro dia berhenti dulu lalu berganti angkot. 10 menit kemudian dia sampe. Saat turun, dia bingung. Sebab di pelataran rumah cepi yang rindang itu, berjejer motor-motor yang sangat dikenalinya. Ya, motor teman-temannya. Termasuk Jupiter MX kesayangannya. Suasana halaman sepi. Dengan masih memendam amarah yang berlipat dia langsung masuk rumah Cepi yang cukup luas. Ketika pintu terkuak, tiba-tiba...
“Happy birthday to you, happy birthday to you... happy birthday... happy birthday... happy birthday... to... you...!”
Seketika Fajri diam mematung, Bingung. Tapi kebingungannya tak lama sebab sedetik kemudian dia sadar saat Riko mengguyur tubuhnya dengan air disertai teriakan riuh teman-temannya yang lain.
Kemudian Dwi mengahampirinya sambil ngasih selamat, “met ultah sobat! Sory kalo aku nggak bilang-bilang dulu! Soalnya mau bikin kejutan ma kamu, ya! And makasih banget motornya. Soalnya karena motor itu satu-satunya yang bisa membawa kamu kesini! Oh iya, moga kamu selalu dalam lindungan Allah ya!” ucapnya sambil tersenyum cerah. Disusul temen-temen yang lain macam Cepi, Anisa, Riko, dll. Lantas semuanya menyantap black forest yang sengaja dipesan oleh Dwi untuk acara ini, plus camilan-camilan lain dari hasil patungan buat perayaan sang ketua kelas ini.
Dan, aneh, seketika itu kemarahan Fajri mereda, “Maafkan aku, kawan!” bisiknya parau...
( Persahabatan adalah apabila engkau senantiasa menebarkan kesejukan dengan perbuatanmu kepada orang yang menyakitimu. Sehingga rasa bencinya hilang dan ia menyadari apa kesalahannya pdamu ~ Quotes of Nuruzi ~ )

HD Gumilang

0 comments:

Posting Komentar