Bagaimana mungkin hati umat dan kadernya diujung zaman, menjadi kerontang, sementara dalam azan selalu disebut namanya sesudah nama-Nya. Bagaimana kader merasa lemah, yatim, dan terasing, padahal Ia telah nyatakan, para istrinya adalah ibu mereka? Kalau para istrinya ibu mereka, siapakah dia bagi mereka?
~Dalam Pilar-Pilar Asasi (Tarbawi Press: 2005)
0 comments:
Posting Komentar