Oleh: HD Gumilang
"Praaang!"
Untuk yang kesekian
kalinya, suara piring yang pecah telah memecahkan kesunyian pagi. Keysha tidak
habis mengerti kepada Hadijah, kakaknya.
Dengan wajah yang datar, Hadijah beringsut kembali masuk dalam kamarnya.
Membiarkan adiknya itu terpaku dalam kemarahan. Ada bulir-bulir air mata yang
menetes dari pipinya.
Hadijah sama sekali
bingung dengan apa yang diinginkan oleh adik semata wayangnya itu. Hadijah
merasa sudah melakukan segala sesuatunya dengan maksimal. Dengan tulus. Tetapi
tetap saja tanggapan dari adiknya itu hanya kemarahan. Ada sorot benci yang dia
tangkap dari ekor mata adiknya itu.
Entah mengapa semenjak
kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya, hidup mereka menjadi begitu
kering kerontang.
Di kamarnya, Hadijah
duduk bersimpuh di pojok ruangan. Ada sebuah buku tergeletak di sisinya. Di
sana tertuliskan, "Mah, Pah.. Dijah tidak kuat..."
****
Keysha mengintip dari
balik tirai rumah. Melihat kakaknya berjalan gontai hendak menunggu angkutan
umum lewat. Dari mimik wajahnya, ada berjuta-juta dugaan yang terungkap lewat
perasaannya. Entahlah, apakah marah betul ataulah sedih betul. Hanya Keysha dan
Tuhan yang tahu.
****
Hana melihat Hadijah
bermuka suram. Berlinang. Sebagai sahabat, ia mendekatinya untuk menawarkan
diri sebagai teman curhat. Gadis anggun dan semampai ini memang mempunyai peran
yang besar terhadap karir Hadijah. Dialah yang berhasil menemukan bakat
terpendam Hadijah, sebagai desainer busana muslimah. Kemampuan desain Hadijah
yang luwes dan filosofis telah berhasil mengantarkannya di posisi penting
sebuah perusahaan fashion muslimah terkemuka di kota itu.
****
Suatu hari sepulang
sekolah, Keysha bercerita kepada sahabatnya, Alya. Keysha menceritakan soal
perilaku kakaknya. Dia menilai, kakaknya semakin menjauh darinya. Gila tehadap
pekerjaannya. Tidak peduli padanya, bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa
kali kakaknya itu menutup diri darinya. Seakan-akan Keysha hanya dianggap tidak
ada sama sekali. Tetapi.. Sebenarnya Keysha tidak benci kepada kakaknya. Keysha
hanya ingin hanya butuh perhatian cinta,
kasih dan sayang. Sebab semenjak orang tuanya tiada, Hadijah lah tempatnya
bersandar, tempatnya bertahan. Tempatnya berlindung.
Keysha selalu sedih
setiap kali kakaknya berangkat kerja. Dia kerap ditinggal sendirian di
belakang, selalu menjadi orang yang terakhir meninggalkan rumah. Sebenarnya
Keysha pun kasihan kepada kakaknya yang setiap pagi harus mengejar angkutan
umum.
Pelan-pelan Keysha
menjadi benci juga kepada pekerjaan kakaknya. Dia menganggap pekerjaannya itu
sudah menculik kakak darinya. Diapun cemburu kepada angkutan umum yang setiap
pagi dikerjar kakaknya. Dia cemburu, kenapa harus angkutan umum yang dikerjar
Hadijah, mengapa bukan dia adiknya yang dikejar... Sadarlah kak, adikmu ini semakin jauh darimu.. Ditinggal dibelakangmu!
Perlahan.. Keysha dan
Hadijah semakin menjauh...
***
Untuk pertama kali
seumur hidupnya, Keysha menyaksikan Hadijah marah-marah, naik pitam. Hanya
karena Keysha ketahuan masuk kamarnya tanpa izin, dan tertangkap basah sedang
memegang buku catatan milik kakaknya itu. Hadijah tidak mau seorangpun
menyentuh buku catatannya, bahkan adiknya sekalipun.
Bagi Keysha... Jiwanya
terguncang. Selama ini dia berpikir tidak mungkin kakaknya bisa marah sebegitu rupa.
Oleh karenanya Keysha heran, ada yang tidak wajar sebab kakaknya tidak bisa
marah. Tapi ternyata dia salah.
Keysha ingin membela
diri bahwa dia sama sekali tidak membaca satu barispun catatan yang ada didalam
buku itu.
Lambat laun Keysha
bertambah bencinya. Bukan benci pada kakaknya, tetapi benci pada apapun yang
selama ini sudah menarik perhatian dari kakaknya itu. Termasuk kepada buku
catatan kakaknya itu! Lintasan pikirannya sempat hinggap sebuah niat, untuk
membakar saja buku catatan itu. Tapi Keysha masih ragu, dia takut. Takut
terjadi sesuatu.
***
Tidak ada yang
didambakan oleh seorang wanita lajang yang karirnya melesat dan cukup mapan
selain mulai memikirkan calon pasangan hidupnya. Adakah manusia yang menolak
untuk jatuh cinta? Tentu tidak!
begitu bisikan hati Hadijah. Sebagai wanita dewasa, ia mulai berpikir untuk
memulai hubungan yang serius dalam bingkai pernikahan.
Pada mulanya adalah
Haya, sahabatnya itu yang menceritakan pribadi seorang lelaki bernama Ilham.
Branch manager di tempat mereka bekerja. Tampan, masih muda, murah senyum dan
peduli kepada sesama. Keramahannya itu berhasil menyita perhatian Hadijah juga.
Kepada Haya pula Ilham
mengutarakan rasanya yang sama: ingin menikah dengan Hadijah.
Tetapi ujian itu
datang. Lewat selembaran di papan pengumuman, perusahaan tempat mereka bekerja
melarang pernikahan sesama karyawan kantor kecuali salah satu darinya mundur
dari pekerjaannya. Maka, Hadijah pun bimbang.. Berpikir panjang.
***
Tanpa Keysha sadari,
Hadijah sore itu pulang lebih dulu. Keysha sedang berbicang dengan Alya
sahabatnya. Keysha berterus terang bahwa sebenarnya ia rindu dengan kakaknya
yang dulu, yang selalu setia membersamainya sejak orang tua tiada. Setia
memboncengnya dengan matik butut miliknya. Mengantar jemput ke sekolah ataupun
menunggu dirinya selesai mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya.
Hingga masalah itu
datang. Tanpa orang tua, kakak beradik ini kesulitan finansial. Matik butut
itupun akhirnya dijual demi membiayai kelanjutan sekolah Keysha.
Keysha menangis
menyaksikan kunci matik butut itu berpindah tangan. Seakan-akan segala
kenangannya pun telah hilang dibawa pergi. Sedangkan Hadijah kesana kemari
mencari pekerjaan. Namun hasilnya nihil.
Hingga akhirnya
kakaknya itu bertemu dengan Haya, yang tahu bahwa Hadijah pandai membuat sketsa
dan desain karena luwes jemari tangannya. Pada awalnya Keysha bahagia sebab
dengan itu dapur kembali mengebul.
Sayangnya,
kebahagiaannya hanya sebentar. Hadijah berubah menjadi sibuk. Jauh dengannya
dan hampir tidak lagi akur. Sehari-hari selalu saja ada pertengkaran yang
terjadi.
Keysha rindu masa itu,
masa lalu itu. Keysha rindu masa ketika bisa menghabiskan waktu di motor
berdua, bicara kesana kemari, hanya ada bahagia dan senyum belaka yang mewarnai
hari mereka. Keysha rindu. Kerinduan yang menurutnya susah untuk dikembalikan
lagi. Kerinduan yang sakral.
Dibalik tirai, Hadijah
mendengarkan cerita adiknya itu dengan berurai air mata.
****
Hadijah mengunci
kamarnya. Dia duduk di meja belajar menghadap buku catatannya. Dia ambil kunci
kecil dan membuka gemboknya. Padanya ia menulis:
Key.. adikku, bukanku membangun jarak dengamu hingga seperti ini.
Hanya karena kakakmu ini kelu untuk bicara. Semenjak kematian orang tua kita
itu. Tetapi bila sikap kakak sekarang membuatmu benci, bencilah kakak. Bila
sikap ini membuatmu kesal, kesallah padaku. Kakak tidak berdaya. Kakak terlalu
gugup untuk seperti dulu lagi. Kakak...
Merasa khawatir dan takut apa yang kakak ucapkan hsnyalah menyakiti hatimu.
Key.. adikku, tidak sedetikpun waktu kakak tanpa memikirkanmu.
Kakak selalu berjuang untukmu. Sebab kakak mencintaimu kakak tidak ingin ditinggal pergi olehmu.
Kakak berjanji, bekerja keras untuk mengembalikan ceriamu, mengembalikan apa
yang kamu rindukan di masa-masa itu.
****
Hadijah, Haya, dan
Ilham duduk bertiga, disela jam istirahat kerja. Hati Hadijah sudah mantap. Ia
menolak pinangan Ilham dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan. Ilham kecewa,
dan meninggalkan mereka berdua dengan wajah memerah... Marah.
****
Hadijah bertekad
membahagiakan adiknya meskipun tanpa Keysha sadari. Hadijah berkerja keras.
Keysha adalah kunci kebahagiaannya. Sumber cinta, kasih dan sayangnya.
Siang dan malam ia
dedikasikan untuk membuat yang terbaik bagi pekerjaannya, desainnya semakin
berkelas. Ia mengejar satu cita-cita yang ingin diwujudkan. Untuknya untuk
adiknya.
Hingga ia lupa waktu,
lupa menjaga kesehatan. Ia sering bekerja namun mengabaikan minum.
Berlarut-larut hingga akhirnya terbujur di rumah sakit. Dokter berkata
ginjalnya bermasalah, sangat kronis. Dan lebih buruk lagi adalah, karena itu ia
harus mulai cuci darah. Dua kali seminggu. Jika tidak, dokter tidak bisa
menjamin nyawanya masih selamat.
Hadijah meminta dokter
merahasiakan ini dari adiknya. Cukup perusahaannya yang tahu sehingga bisa
memerikan dispensasi setiap kali cuci darah.
****
Sebuah motor keluran
terbaru terparkir di depan rumahnya. Keysha yang baru pulang sekolah
bertanya-tanya milik siapa motor ini. Dia masuk ke rumah. Di meja tergeletak
sebuah surat dengan kalimat sederhana, "Key,
adikku sayang, mari kita mengulang kembali masa-masa yang kamu rindukan
itu." Didalamnya ada sebuah gantungan kunci. Kunci motor itu! Kunci
motor milik Hadijah! Dan Keyshapun berteriak senang, mencari kakaknya. Ia
dapati kakaknya di dapur memasak. Mereka berpelukan haru. Pelukan yang pertama
semenjak berbulan-bulan lamanya. Atau mungkin bertahun-tahun lamanya.
****
Hari Selasa di awal April
itu, adalah tanggal istimewa Keysha. Sweet
seventeen. Secara tidak sengaja, dia pun melihat tanggal itu sudah
dilingkari kakaknya dan diberi catatan, "izin
tidak ngantor dulu". Keysha berpikir pastilah kakaknya memang
mengosongkan waktu untuk mereka berdua. Keysha menemui Hadijah, ingin
mengajaknya bertamasya keliling kota dengan motor. Tapi Hadijah secara mengejutkan
menolak dengan halus bahwa hari itu ia ada keperluan lain. Keyshs tidak mau
tahu. Ia bersikeras agar Hadijah mau menemaninya di hari istimewa itu. Tanpa
mempedulikan wajah Hadijah yang lebih pias daripada biasanya. Dengan sayu,
Hadijah mengiyakannya. Keysha bahagia.
Mereka keliling kota.
Mampir di alun-alunnya, ke museum-museumnya, ke taman-tamannya hingga berencana
berfoto ceria di taman balaikotanya.
Ketika di balai kota,
keysha melihat Hadijah semakin lemah saja. Keysha tidak tahu bahwa hari itu
adalah jadwal cuci darah kakaknya.
Hadijah meminta untuk
duduk di sebuah kursi taman. Duduk berdua. Kepala Hadijah disandarkan di pundak
adiknya itu. Ia terpejam tenang sekali
dengan senyuman menghiasi wajahnya yang berkacamata.
Keysha senang melihat
wajah kakaknya yang teduh. Wajah yang tanpa dia sadari adalah wajah terakhir
yang ia lihat dari kakaknya itu. Napas Hadijah itu sudah berhenti.
0 comments:
Posting Komentar