Senin, 25 April 2016

The Key's

Oleh: HD Gumilang

"Praaang!"
Untuk yang kesekian kalinya, suara piring yang pecah telah memecahkan kesunyian pagi. Keysha tidak habis mengerti kepada Hadijah, kakaknya.  Dengan wajah yang datar, Hadijah beringsut kembali masuk dalam kamarnya. Membiarkan adiknya itu terpaku dalam kemarahan. Ada bulir-bulir air mata yang menetes dari pipinya.
Hadijah sama sekali bingung dengan apa yang diinginkan oleh adik semata wayangnya itu. Hadijah merasa sudah melakukan segala sesuatunya dengan maksimal. Dengan tulus. Tetapi tetap saja tanggapan dari adiknya itu hanya kemarahan. Ada sorot benci yang dia tangkap dari ekor mata adiknya itu.
Entah mengapa semenjak kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya, hidup mereka menjadi begitu kering kerontang.
Di kamarnya, Hadijah duduk bersimpuh di pojok ruangan. Ada sebuah buku tergeletak di sisinya. Di sana tertuliskan, "Mah, Pah.. Dijah tidak kuat..."

****

Keysha mengintip dari balik tirai rumah. Melihat kakaknya berjalan gontai hendak menunggu angkutan umum lewat. Dari mimik wajahnya, ada berjuta-juta dugaan yang terungkap lewat perasaannya. Entahlah, apakah marah betul ataulah sedih betul. Hanya Keysha dan Tuhan yang tahu.

****

Hana melihat Hadijah bermuka suram. Berlinang. Sebagai sahabat, ia mendekatinya untuk menawarkan diri sebagai teman curhat. Gadis anggun dan semampai ini memang mempunyai peran yang besar terhadap karir Hadijah. Dialah yang berhasil menemukan bakat terpendam Hadijah, sebagai desainer busana muslimah. Kemampuan desain Hadijah yang luwes dan filosofis telah berhasil mengantarkannya di posisi penting sebuah perusahaan fashion muslimah terkemuka di kota itu.

****

Suatu hari sepulang sekolah, Keysha bercerita kepada sahabatnya, Alya. Keysha menceritakan soal perilaku kakaknya. Dia menilai, kakaknya semakin menjauh darinya. Gila tehadap pekerjaannya. Tidak peduli padanya, bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa kali kakaknya itu menutup diri darinya. Seakan-akan Keysha hanya dianggap tidak ada sama sekali. Tetapi.. Sebenarnya Keysha tidak benci kepada kakaknya. Keysha hanya ingin hanya butuh perhatian  cinta, kasih dan sayang. Sebab semenjak orang tuanya tiada, Hadijah lah tempatnya bersandar, tempatnya bertahan. Tempatnya berlindung.
Keysha selalu sedih setiap kali kakaknya berangkat kerja. Dia kerap ditinggal sendirian di belakang, selalu menjadi orang yang terakhir meninggalkan rumah. Sebenarnya Keysha pun kasihan kepada kakaknya yang setiap pagi harus mengejar angkutan umum.
Pelan-pelan Keysha menjadi benci juga kepada pekerjaan kakaknya. Dia menganggap pekerjaannya itu sudah menculik kakak darinya. Diapun cemburu kepada angkutan umum yang setiap pagi dikerjar kakaknya. Dia cemburu, kenapa harus angkutan umum yang dikerjar Hadijah, mengapa bukan dia adiknya yang dikejar... Sadarlah kak, adikmu ini semakin jauh darimu.. Ditinggal dibelakangmu!
Perlahan.. Keysha dan Hadijah semakin menjauh...

***

Untuk pertama kali seumur hidupnya, Keysha menyaksikan Hadijah marah-marah, naik pitam. Hanya karena Keysha ketahuan masuk kamarnya tanpa izin, dan tertangkap basah sedang memegang buku catatan milik kakaknya itu. Hadijah tidak mau seorangpun menyentuh buku catatannya, bahkan adiknya sekalipun.
Bagi Keysha... Jiwanya terguncang. Selama ini dia berpikir tidak mungkin kakaknya bisa marah sebegitu rupa. Oleh karenanya Keysha heran, ada yang tidak wajar sebab kakaknya tidak bisa marah. Tapi ternyata dia salah.
Keysha ingin membela diri bahwa dia sama sekali tidak membaca satu barispun catatan yang ada didalam buku itu.
Lambat laun Keysha bertambah bencinya. Bukan benci pada kakaknya, tetapi benci pada apapun yang selama ini sudah menarik perhatian dari kakaknya itu. Termasuk kepada buku catatan kakaknya itu! Lintasan pikirannya sempat hinggap sebuah niat, untuk membakar saja buku catatan itu. Tapi Keysha masih ragu, dia takut. Takut terjadi sesuatu.

***

Tidak ada yang didambakan oleh seorang wanita lajang yang karirnya melesat dan cukup mapan selain mulai memikirkan calon pasangan hidupnya. Adakah manusia yang menolak untuk jatuh cinta? Tentu tidak! begitu bisikan hati Hadijah. Sebagai wanita dewasa, ia mulai berpikir untuk memulai hubungan yang serius dalam bingkai pernikahan.
Pada mulanya adalah Haya, sahabatnya itu yang menceritakan pribadi seorang lelaki bernama Ilham. Branch manager di tempat mereka bekerja. Tampan, masih muda, murah senyum dan peduli kepada sesama. Keramahannya itu berhasil menyita perhatian Hadijah juga.
Kepada Haya pula Ilham mengutarakan rasanya yang sama: ingin menikah dengan Hadijah.
Tetapi ujian itu datang. Lewat selembaran di papan pengumuman, perusahaan tempat mereka bekerja melarang pernikahan sesama karyawan kantor kecuali salah satu darinya mundur dari pekerjaannya. Maka, Hadijah pun bimbang.. Berpikir panjang.

***

Tanpa Keysha sadari, Hadijah sore itu pulang lebih dulu. Keysha sedang berbicang dengan Alya sahabatnya. Keysha berterus terang bahwa sebenarnya ia rindu dengan kakaknya yang dulu, yang selalu setia membersamainya sejak orang tua tiada. Setia memboncengnya dengan matik butut miliknya. Mengantar jemput ke sekolah ataupun menunggu dirinya selesai mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya.
Hingga masalah itu datang. Tanpa orang tua, kakak beradik ini kesulitan finansial. Matik butut itupun akhirnya dijual demi membiayai kelanjutan sekolah Keysha.
Keysha menangis menyaksikan kunci matik butut itu berpindah tangan. Seakan-akan segala kenangannya pun telah hilang dibawa pergi. Sedangkan Hadijah kesana kemari mencari pekerjaan. Namun hasilnya nihil.
Hingga akhirnya kakaknya itu bertemu dengan Haya, yang tahu bahwa Hadijah pandai membuat sketsa dan desain karena luwes jemari tangannya. Pada awalnya Keysha bahagia sebab dengan itu dapur kembali mengebul.
Sayangnya, kebahagiaannya hanya sebentar. Hadijah berubah menjadi sibuk. Jauh dengannya dan hampir tidak lagi akur. Sehari-hari selalu saja ada pertengkaran yang terjadi.
Keysha rindu masa itu, masa lalu itu. Keysha rindu masa ketika bisa menghabiskan waktu di motor berdua, bicara kesana kemari, hanya ada bahagia dan senyum belaka yang mewarnai hari mereka. Keysha rindu. Kerinduan yang menurutnya susah untuk dikembalikan lagi. Kerinduan yang sakral.
Dibalik tirai, Hadijah mendengarkan cerita adiknya itu dengan berurai air mata.

****

Hadijah mengunci kamarnya. Dia duduk di meja belajar menghadap buku catatannya. Dia ambil kunci kecil dan membuka gemboknya. Padanya ia menulis:
Key.. adikku, bukanku membangun jarak dengamu hingga seperti ini. Hanya karena kakakmu ini kelu untuk bicara. Semenjak kematian orang tua kita itu. Tetapi bila sikap kakak sekarang membuatmu benci, bencilah kakak. Bila sikap ini membuatmu kesal, kesallah padaku. Kakak tidak berdaya. Kakak terlalu gugup untuk seperti dulu lagi.  Kakak... Merasa khawatir dan takut apa yang kakak ucapkan hsnyalah menyakiti hatimu.
Key.. adikku, tidak sedetikpun waktu kakak tanpa memikirkanmu. Kakak selalu berjuang untukmu. Sebab kakak mencintaimu  kakak tidak ingin ditinggal pergi olehmu. Kakak berjanji, bekerja keras untuk mengembalikan ceriamu, mengembalikan apa yang kamu rindukan di masa-masa itu.

****

Hadijah, Haya, dan Ilham duduk bertiga, disela jam istirahat kerja. Hati Hadijah sudah mantap. Ia menolak pinangan Ilham dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan. Ilham kecewa, dan meninggalkan mereka berdua dengan wajah memerah... Marah.

****

Hadijah bertekad membahagiakan adiknya meskipun tanpa Keysha sadari. Hadijah berkerja keras. Keysha adalah kunci kebahagiaannya. Sumber cinta, kasih dan sayangnya.
Siang dan malam ia dedikasikan untuk membuat yang terbaik bagi pekerjaannya, desainnya semakin berkelas. Ia mengejar satu cita-cita yang ingin diwujudkan. Untuknya untuk adiknya.
Hingga ia lupa waktu, lupa menjaga kesehatan. Ia sering bekerja namun mengabaikan minum. Berlarut-larut hingga akhirnya terbujur di rumah sakit. Dokter berkata ginjalnya bermasalah, sangat kronis. Dan lebih buruk lagi adalah, karena itu ia harus mulai cuci darah. Dua kali seminggu. Jika tidak, dokter tidak bisa menjamin nyawanya masih selamat.
Hadijah meminta dokter merahasiakan ini dari adiknya. Cukup perusahaannya yang tahu sehingga bisa memerikan dispensasi setiap kali cuci darah.

****

Sebuah motor keluran terbaru terparkir di depan rumahnya. Keysha yang baru pulang sekolah bertanya-tanya milik siapa motor ini. Dia masuk ke rumah. Di meja tergeletak sebuah surat dengan kalimat sederhana, "Key, adikku sayang, mari kita mengulang kembali masa-masa yang kamu rindukan itu." Didalamnya ada sebuah gantungan kunci. Kunci motor itu! Kunci motor milik Hadijah! Dan Keyshapun berteriak senang, mencari kakaknya. Ia dapati kakaknya di dapur memasak. Mereka berpelukan haru. Pelukan yang pertama semenjak berbulan-bulan lamanya. Atau mungkin bertahun-tahun lamanya.

****

Hari Selasa di awal April itu, adalah tanggal istimewa Keysha. Sweet seventeen. Secara tidak sengaja, dia pun melihat tanggal itu sudah dilingkari kakaknya dan diberi catatan, "izin tidak ngantor dulu". Keysha berpikir pastilah kakaknya memang mengosongkan waktu untuk mereka berdua. Keysha menemui Hadijah, ingin mengajaknya bertamasya keliling kota dengan motor. Tapi Hadijah secara mengejutkan menolak dengan halus bahwa hari itu ia ada keperluan lain. Keyshs tidak mau tahu. Ia bersikeras agar Hadijah mau menemaninya di hari istimewa itu. Tanpa mempedulikan wajah Hadijah yang lebih pias daripada biasanya. Dengan sayu, Hadijah mengiyakannya. Keysha bahagia.
Mereka keliling kota. Mampir di alun-alunnya, ke museum-museumnya, ke taman-tamannya hingga berencana berfoto ceria di taman balaikotanya.
Ketika di balai kota, keysha melihat Hadijah semakin lemah saja. Keysha tidak tahu bahwa hari itu adalah jadwal cuci darah kakaknya.
Hadijah meminta untuk duduk di sebuah kursi taman. Duduk berdua. Kepala Hadijah disandarkan di pundak adiknya itu. Ia terpejam  tenang sekali dengan senyuman menghiasi wajahnya yang berkacamata.
Keysha senang melihat wajah kakaknya yang teduh. Wajah yang tanpa dia sadari adalah wajah terakhir yang ia lihat dari kakaknya itu. Napas Hadijah itu sudah berhenti.

Rancaekek, 6 april 2016.

0 comments:

Posting Komentar