Sungguh, sangat kita rindukan bertemu dengan orang-orang yang menjauhkan diri dari menggunjing, membuka aib orang lain, atau memfitnah orang lain dan sibuk mengurusi orang lain secara berlebihan. Tetapi mereka, orang yang kita rindukan itu adalah sosok yang selalu membawa ketenangan kepada kita, kesejukan untuk mengajak kita menjaga nikmatnya keimanan kepada Allah. Ia senantiasa menjaga lisannya, kebenaran merupakan inti dari pembicaraan mereka, kesederhanaan merupakan pakaian mereka dan kerendah hatian senantiasa menyertai setiap langkah mereka.
Sungguh, sangat kita rindukan, wajah-wajah yang ceria, yang senantiasa menampakkan rasa persaudaraan yang tulus, ikatan hati yang tanpa basa basi. Sehingga kita senantiasa betah untuk berlama-lama dengan dirinya.
Betapa kerinduan itu seringkali muncul dalam benak kita, dalam harapan-harapan sederhana kita. Kerinduan yang berbalut dengan kecintaan sejati. Kerinduan yang merupakan wujud sebuah persahabatan yang kokoh.
Betapa banyak teladan dalam hidup kita, yang mewujudkan kecintaan kita yang sejati kepada Allah, betapa Rasulullah sebagai uswah kita, Abu Bakar, Umar, Utsman maupun Ali sebagai sahabat-sahabat utama rasul yang kita cintai dengan kepribadian-kepribadian mereka yang khas dan patut kita contoh untuk melipur kerinduan ini. Berharap agar kecintaan ini semakin kuat, semakin sejati.
Betapa khas karakter mereka semua, segenap sifat manusiawi yang mewakili kita sebagai manusia seutuhnya. Betapa Allah telah menganugerahkan kepada kita, karakter-karakter yang fenomenal dari generasi pertama umat islam. Karakter-karakter yang saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan akidah. Perbedaan karakter yang justru sangat berpengaruh terhadap kejayaan Islam.
Rasulullah, oh... sungguh sosok ini adalah teladan utama kita, yang sempurna dan kesempurnaanya itu tak terpecah belah. Sosok yang sangat mulia. Sosok yang bahkan saking terpercayanya yang dibuktikan dengan pemberian gelar Al Amin oleh penduduk Mekah , mereka masih mempercayainya untuk menyimpan barang-barang titipan kepada Rasulullah saw ketika pada saat yang sama mereka ingin membunuhnya, yang menyebabkan Rasulullah hijrah ke Madinah dan memerintahkan Ali untuk tetap di Mekah mengembalikan titipan-titpan orang Quraisy. Sungguh pemebrian gelar yang tak hanya sekadar gelar.
Abu Bakar dengan kelembutan dan kehalusan budi pekertinya, Umar dengan keterusterangan dan ketegasan dalam membela kebenaran, Utsman sosok dermawan yang sangat pemalu, maupun Ali yang ceria dan cerdas adalah karakter-karakter terbaik yang bisa dicontoh bagi penguatan ruhiyah kita dalam kehidupan sehari-hari.
Sungguh sangat kita rindukan sosok yang bilamana disematkan kepada mereka suatu pujian, dirinya mengatakan “ aku lebih tau tentang diriku, dan Allah lebih mengenal diriku daripada siapapu. Ya Rabb, jangan engkau jadikan diriku disebabkan dari apa yang mereka katakan keapdaku. Jadikanlah aku lebih baikd ari yang mereka kira dan ampunilah aku atas kekurangan yang tidak mereka ketahui.”
Digabungkannya pengetahuan dengan kesabaran, disatukannya ucapan dengan perbuatan, harapan-harapannya sederhana, kekurangannya sedikit, hatinya khusyu, ruh nya terpuaskan dan senantiasa selalu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah.
Sngguh sangat kita rindukan seorang yang dimalam hari mereka merapatkan kaki untuk shalat Tahajjud, muhasabah kepada Allah, muraja’ah dengan suara yang lirih, di siang hari merekalah sosok yang murah hati, berilmu dan bertakwa. Yang di sore hari dipenuhinya oleh mereka dengan rasa syukur. Dan di pagi harinya ia lewati dengan senantiasa mengingat Allah.
Ya Allah anugerahkanlah HidayahMu kepada kami semua..
HD Gumilang
Sebuah refleksi setelah membaca kembali, Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim karya Salim A. Fillah
0 comments:
Posting Komentar