Rabu, 08 Agustus 2012

Kritik Itu Bentuk Perhatian Kita, Asalkan...

Kritik, hhmmm, salah satu kata yang paling sering ingin orang hindari dari setiap percakapan. Sebab keampuhan kritik ini sudah tidak diragukan lagi memiliki efek yang luar biasa, yang sebagian besarnya berakibat negatif, bisa men-down-kan lah, membuat ilang fikiran, membuat  enek, membuat jadi merasa disalahkan,, dan lain sebagainya.

Padahal sejatinya, yang saya pahami tentang kritik adalah bahwa kritik itu memberikan nasehat disertai dengan sebuah solusi.
Lantas apa dong yang membuat orang-orang jadi seolah-olah menghindari yang namanya kritik???

Banyak sekali penyebabnya. Namun saya lebih menyoroti kepada si pemberi kritik. Why?? Di bawah ini akan ada pembahasannya,, insya Allah..


Kritik sejatinya adalah bentuk perhatian kita pada seseorang yang dirasa telah berlaku salah agar dapat diperbaiki dan kembali kepada jalan yang benar. Subhanallah sangat ironis misalnya jika saudara kita salah, tapi kita malah mendiamkan dirinya. Maka, inilah yang mendorong kita untuk memberikan kritik kepada saudara kita.

Hanya saja, kebiasaan dari kita selama ini adalah, di bikin simpel aja ya, ketika kita memberikan kritik misalnya dengan membongkar masalah saudara kita seringnya tanpa dibarengi solusi yang baik atau saran  yang tepat untuk mengatasi permasalahan dia.

Kita sering menempatkan diri kita lebih benar daripada orang yang sedang di kritik, padahal hakekatnya kritik itu ibarat sebuah cermin, dimana kita mampu melihat kualitas diri kita dari sahabat yang sedang menjadi cermin kita itu. Kebenaran kata-kata kita sifatnya tidak mutlak, ibarat cermin itu sendiri, kita hanya dapat melihat pantulan dari cermin tanpa mampu melihat yang dibelakang kita itu apa.

Kita juga sering memaksakan pendapat kita kepada orang yang sedang kita kritik padahal jelas-jelas bahwa setiap perkataan dan perbuatan itu ada waktu dan kondisi yang tepat. Di sinilah kecerdasan kita seharusnya digunakan, mana kata-kata yang baik dan tepat yang bisa kisa sampaikan, tanpa harus memaksakan pendapat kita atas kritikan kita kepada saudara kita itu. berikanlah kata-kata simpel yang dapat dimengerti oleh saudara kita sesuai dengan level pengetahuannya.

Sebab satu nasehat yang diberikan kepada si A, tidak selalu cocok untuk diberikan kepada si B. Sebab bisa jadi, kasusnya berbeda-beda. Sehingga perlu penangan yang berbeda juga. Begitu pula dengan sifat manusia yang serba heterogen sehingga perlakuannya juga berbeda.

Kadang pula kita melupakan saat yang tepat untuk mengritik. Manusia, paling tidak suka bila dikritik dihadapan umum, misalnay di kelas, di pasar, di masjid, atau di situs jejaring sosial,  ironisnya, padahal justru inilah yang mugkin sering kita lakukan. Seharusnya mengkritik itu tidak di depan umum karena sifat egois manusia yang akan dominan. Carilah waktu yang bisa face to face.

Diperlukan kebijaksanaan, dan keluwesan pemikiran serta lapangnya hati agar kritik kita bisa connect dengan saudara kita yang salah.
Satu lagi yang harus diperhatikan adalah, solusi yang kita berikan kepada saurada kita, bukanlah solusi yang menurut kita adalah benar tapi solusi yang kita berikan kepada saudara kita adalah solusi yang memang sedang dibutuhkan olehnya. Sebab solusi yang baik adalah solusi yang mampu diterima oleh orang lain, bukan solusi yang hanya dapat diterima oleh dirinya saja.

Jadi, kita tidak lagi sekadar mengharapkan saudara kita yang salah itu mengerti dengan kesalahannya memalui kritika yang kita lontarkan, akan  tetapi kita pun dapat mengerti perasaannya sehingga kritikan yang kita sampaikan benar-benar suatu bentuk perhatian kita kepadanya dan bukannya untuk sekadar memaksakan pendapat atau merasa bahwa kita benar dan dirinya salah.


HD Gumilang

0 comments:

Posting Komentar