Aku
bahagia kau telah dipertemukan dengan belahan jiwamu, teman. Aku tahu
perjuanganmu untuk menerimanya, tidak terbantahkan lagi. Ah, mestinya aku yang
harus malu kepadamu. Disebabkan sesuatu hal yang sebelumnya aku rasa tidak
perlu untuk kau tahu. Bahwa aku pun pernah turut berminat kepadanya, sesosok
yang kini telah ditakdirkan untukmu, bersebab dia telah memilih kau daripada
aku. Diam-diam, setiap kali kau menceritakan tentang dia, dan suka duka yang
kau alami. Bahkan kadang, ada tangis yang leleh dari mukamu. O, ku tahu kau
begitu mengharu biru mendapatkannya. Dan, diam-diam, bersebab itu aku menjadi
penasaran untuk tahu siapa dia, yang telah berhasil menatahkan namanya di
hatimu. Aku cemburu, dan bertanya di dalam hati seperti apakah dirinya
sampai-sampai kau menarasikan tentang dia seolah tidak akan ada akhirnya. Aku
pun mulai mencari-cari namanya dari sekian nama yang barangkali berkaitan
denganmu. Dan dunia maya adalah sekat yang mudah, dari sana aku mulai tahu
tentang dia. Aku ikuti setiap narasi yang dia utarakan di sana. Tanpa jemu dan
bosan aku mengikutinya. Dia memang seperti yang kau ceritakan, teman. Begitu
menarik. Dan, O.. meluluhkan hati. Kau beruntung sekali, dia bukan orang yang
populer, yang memungkinkan baginya memiliki banyak pengikut di dunia maya.
Tetapi, barangkali ada satu hal yang sama sekali dia tidak sadari. Bahwa, aku
telah menjadi pengikutnya yang setia, sejak saat itu. aku bisa menyebut bahwa
dia telah populer, bagiku. Belahan hati ini, dalam bisikannya yakni bisikan
hatiku tentu, bilang bahwa aku telah menemukan apa yang selama ini aku
dambakan. Meskipun itu, adalah dia yang juga kau sukai. Hingga jiwa-jiwaku
melayang dalam khayalan indah, seakan-akan dia telah hadir untukku. Tetapi
begitu aku tahu bahwa dia memilihmu, teman. Hatiku begitu rapuh. Hariku hanya
diliputi uraian air mata. Harapan yang selama ini direnda, telah hilang begitu
saja. Seperti hantaman tsunami yang tidak tebang pilih. Hidup setia selamanya hanya menjadi sebuah kalimat tanpa nyawa lagi
bagiku. Sebab salahku juga, hanya berani mengaguminya dalam diam, dari sini. Di
saat kau justru menjadi pusat perhatiannya belaka, satu-satunya. Dan begitu aku
mendapati surat undangan yang di dalamnya bertuliskan namamu dan namanya, pada
saat itu berakhir pula impianku untuk menjadi manusia paling bahagia di dunia.
Kendati surat undanganmu itu disebarkan di dunia maya, akan tetapi aku tahu
bahwa undanganmu itu bukanlah sesuatu yang maya. Benar. Sesuatu yang nyata dan
akan terwujud tidak lama lagi. Dia, menjadi pendamping hidupmu. Kemudian sempat
terlintas di dalam benakku, apa yang kemudian akan terjadi di antara kita,
nanti. Masihkah kita berteman atau cukup disudahi saja sampai di sini.
0 comments:
Posting Komentar