Minggu, 26 Juni 2016

(Bukan) Belahan Jiwaku



Aku bahagia kau telah dipertemukan dengan belahan jiwamu, teman. Aku tahu perjuanganmu untuk menerimanya, tidak terbantahkan lagi. Ah, mestinya aku yang harus malu kepadamu. Disebabkan sesuatu hal yang sebelumnya aku rasa tidak perlu untuk kau tahu. Bahwa aku pun pernah turut berminat kepadanya, sesosok yang kini telah ditakdirkan untukmu, bersebab dia telah memilih kau daripada aku. Diam-diam, setiap kali kau menceritakan tentang dia, dan suka duka yang kau alami. Bahkan kadang, ada tangis yang leleh dari mukamu. O, ku tahu kau begitu mengharu biru mendapatkannya. Dan, diam-diam, bersebab itu aku menjadi penasaran untuk tahu siapa dia, yang telah berhasil menatahkan namanya di hatimu. Aku cemburu, dan bertanya di dalam hati seperti apakah dirinya sampai-sampai kau menarasikan tentang dia seolah tidak akan ada akhirnya. Aku pun mulai mencari-cari namanya dari sekian nama yang barangkali berkaitan denganmu. Dan dunia maya adalah sekat yang mudah, dari sana aku mulai tahu tentang dia. Aku ikuti setiap narasi yang dia utarakan di sana. Tanpa jemu dan bosan aku mengikutinya. Dia memang seperti yang kau ceritakan, teman. Begitu menarik. Dan, O.. meluluhkan hati. Kau beruntung sekali, dia bukan orang yang populer, yang memungkinkan baginya memiliki banyak pengikut di dunia maya. Tetapi, barangkali ada satu hal yang sama sekali dia tidak sadari. Bahwa, aku telah menjadi pengikutnya yang setia, sejak saat itu. aku bisa menyebut bahwa dia telah populer, bagiku. Belahan hati ini, dalam bisikannya yakni bisikan hatiku tentu, bilang bahwa aku telah menemukan apa yang selama ini aku dambakan. Meskipun itu, adalah dia yang juga kau sukai. Hingga jiwa-jiwaku melayang dalam khayalan indah, seakan-akan dia telah hadir untukku. Tetapi begitu aku tahu bahwa dia memilihmu, teman. Hatiku begitu rapuh. Hariku hanya diliputi uraian air mata. Harapan yang selama ini direnda, telah hilang begitu saja. Seperti hantaman tsunami yang tidak tebang pilih. Hidup setia selamanya hanya menjadi sebuah kalimat tanpa nyawa lagi bagiku. Sebab salahku juga, hanya berani mengaguminya dalam diam, dari sini. Di saat kau justru menjadi pusat perhatiannya belaka, satu-satunya. Dan begitu aku mendapati surat undangan yang di dalamnya bertuliskan namamu dan namanya, pada saat itu berakhir pula impianku untuk menjadi manusia paling bahagia di dunia. Kendati surat undanganmu itu disebarkan di dunia maya, akan tetapi aku tahu bahwa undanganmu itu bukanlah sesuatu yang maya. Benar. Sesuatu yang nyata dan akan terwujud tidak lama lagi. Dia, menjadi pendamping hidupmu. Kemudian sempat terlintas di dalam benakku, apa yang kemudian akan terjadi di antara kita, nanti. Masihkah kita berteman atau cukup disudahi saja sampai di sini.

0 comments:

Posting Komentar