Kamis, 30 Juni 2016

Review Film Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea

Akhir-akhir ini perasaan saya sedang kacau. Setiap kali menyimak lini masa di media sosial, hampir selalu ada kejadian-kejadian yang tidak terduga dan berhubungan dengan masalah parenting. Ada anak yang depresi menghadapi tekanan berat dari orang tuanya yang ingin dia mengikuti apa-apa yang dimaui mereka. Ada ayah-ibu yang overprotective terhadap putra-putrinya sehingga perkara remeh cubitan guru sampai harus diperkarakan di pengadilan, padahal masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan di lingkungan sekolah. Ada anak-anak seusia SD sudah 'dewasa sebelum waktunya' dengan meniru perilaku negatif dari senior-seniornya, pacaranlah, merokoklah, ucapan-ucapan kotor dan vandalismelah, tidak menghormati orang tua dan oranglainlah. Pikiran-pikiran itu terus bergelayut dalam benak saya, apa sebenarnya yang salah dengan didikan di negeri ini, pikiran-pikiran itu pula yang tetap membersamai saya sampai tiba waktunya menunaikan undangan Asma Nadia lewat Rumah Baca Asma Nadia menonton Gala Premiere film Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea yang diadaptasi dari best selling novel Asma Nadia dengan judul sama garapan Rapi Films. 
 
Sudah jadi skenarionya Allah SWT, Dia memberikan jawaban tuntas kegelisahan saya lewat film ini. Dari awal, kelopak mata saya ini terus terbuka (tentu saja dengan tetap berkedip sesuai mekanisme standar tubuh kita) mengetayangi scene-demi-scene yang disuguhkan JTLSIK (akronim beken dari film ini). Terus terang, dibalik kisah romansa dan perjuangan mewujudkan mimpi yang membumbui JTLSIK, sisi parenting dalam film ini saya katakan, "Sangat kuat!"Saya suka bagaimana cara ayah Rania Samudra memotivasi anaknya untuk menjadi seorang muslimah penjelajah. Caranya tidak dengan komando, tetapi dari hati. Siapa pun pasti mengaminkan bahwa sesuatu yang datangnya dari hati maka akan kembali pada hati. Ayah (dan Ibu) Rania tahu betul seni mendidik putra-putrinya. Dan, membuat saya kagum, Rania bukan anak manja. Dia berusaha semampunya untuk memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya. Dengan apa? Silakan cari tahu sendiri dengan menonton filmnya ya.Dan, sebagai calon Ayah, saya pun belajar menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak nanti, hingga kegelisahan saya hilang. Dan saya akan menjadi sangat bahagia ketika nanti, tidak ada lagi orang tua yang memaksakan kehendak pada anaknya, tidak ada lagi putra-putri yang depresi karena tekanan orang tuanya, tidak ada lagi kesalahan dalam mendidik keturunan-keturunannya. Tidak ada lagi kekeliruan dalam mengarahkan harapan-harapan kita kepada anak-anak. Seperti Rania, Saya merekam baik-baik ucapan ayah Rania:"Biarkan Rania menjadi mata dan kaki bapak untuk melihat dunia." 

JTLSIK bisa saya katakan, merupakan film recomended bagi pasangan suami istri, orang tua, karena di dalamnya kita dituntun tanpa merasa sedang digurui, ditunjukkan tanpa merasa sedang dipandu, dan ditemukan tanpa merasa tengah kehilangan. 

Apalagi momennya baik, JTLSIK diputar perdana bertepatan dalam nuansa lebaran, nuansa silaturrahim keluarga menjadi kian hangat seraya menonton film ini. [] 

23:18, Tungturunan-Cianjur  

(30/6)

2 komentar: