Akhir-akhir ini perasaan saya sedang
kacau. Setiap kali menyimak lini masa di media sosial, hampir selalu ada
kejadian-kejadian yang tidak terduga dan berhubungan dengan masalah parenting.
Ada anak yang depresi menghadapi tekanan berat dari orang tuanya yang ingin dia
mengikuti apa-apa yang dimaui mereka. Ada ayah-ibu yang overprotective terhadap
putra-putrinya sehingga perkara remeh cubitan guru sampai harus diperkarakan di
pengadilan, padahal masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan di lingkungan sekolah.
Ada anak-anak seusia SD sudah 'dewasa sebelum waktunya' dengan meniru perilaku
negatif dari senior-seniornya, pacaranlah, merokoklah, ucapan-ucapan kotor dan
vandalismelah, tidak menghormati orang tua dan oranglainlah. Pikiran-pikiran
itu terus bergelayut dalam benak saya, apa sebenarnya yang salah dengan didikan
di negeri ini, pikiran-pikiran itu pula yang tetap membersamai saya sampai tiba
waktunya menunaikan undangan Asma Nadia lewat Rumah Baca Asma Nadia menonton
Gala Premiere film Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea yang diadaptasi dari
best selling novel Asma Nadia dengan judul sama garapan Rapi Films.
Sudah jadi skenarionya Allah SWT, Dia
memberikan jawaban tuntas kegelisahan saya lewat film ini. Dari awal, kelopak
mata saya ini terus terbuka (tentu saja dengan tetap berkedip sesuai mekanisme
standar tubuh kita) mengetayangi scene-demi-scene yang disuguhkan JTLSIK
(akronim beken dari film ini). Terus terang, dibalik kisah romansa dan
perjuangan mewujudkan mimpi yang membumbui JTLSIK, sisi parenting dalam film
ini saya katakan, "Sangat kuat!" Saya suka bagaimana cara ayah Rania
Samudra memotivasi anaknya untuk menjadi seorang muslimah penjelajah. Caranya
tidak dengan komando, tetapi dari hati. Siapa pun pasti mengaminkan bahwa
sesuatu yang datangnya dari hati maka akan kembali pada hati. Ayah (dan Ibu)
Rania tahu betul seni mendidik putra-putrinya. Dan, membuat saya kagum, Rania
bukan anak manja. Dia berusaha semampunya untuk memenuhi sendiri kebutuhan
hidupnya. Dengan apa? Silakan cari tahu sendiri dengan menonton filmnya ya. Dan, sebagai calon Ayah, saya pun
belajar menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak nanti, hingga kegelisahan
saya hilang. Dan saya akan menjadi sangat bahagia ketika nanti, tidak ada lagi
orang tua yang memaksakan kehendak pada anaknya, tidak ada lagi putra-putri
yang depresi karena tekanan orang tuanya, tidak ada lagi kesalahan dalam
mendidik keturunan-keturunannya. Tidak ada lagi kekeliruan dalam mengarahkan
harapan-harapan kita kepada anak-anak. Seperti Rania, Saya merekam baik-baik
ucapan ayah Rania: "Biarkan Rania menjadi mata dan
kaki bapak untuk melihat dunia."
JTLSIK bisa saya katakan, merupakan film
recomended bagi pasangan suami istri, orang tua, karena di dalamnya kita
dituntun tanpa merasa sedang digurui, ditunjukkan tanpa merasa sedang dipandu,
dan ditemukan tanpa merasa tengah kehilangan.
Apalagi momennya baik, JTLSIK diputar
perdana bertepatan dalam nuansa lebaran, nuansa silaturrahim keluarga menjadi
kian hangat seraya menonton film ini. []
23:18, Tungturunan-Cianjur
(30/6)
Resensi film + curhat... ^_^
BalasHapusMau bikin juga resensi plus curhat, hihi
BalasHapus