Kamis, 09 Agustus 2012

Filosofi Gelas

Sudah jamak bagi manusia, kadang ingin memiliki segalanya. Menampung apapun yang terlihat menarik untuk di miliki. Menerima setiap hal tanpa adanya filter untuk menyaringnya. Sehingga pada akhirnya justru over load (kelebihan muatan). 
Mungkin, itu seperti halnya gelas yang di isi air. Ia memiliki takaran yang pas untuk air yang hendak dituangkan kedalam rongganya. Aturannya jelas, jika air yang dituangkan kedalamnya berlebih, maka yang terjadi adalah akan ada air yang tertumpah.


Gelas tidak bisa disalahkan bila menampung tuangan air yang di berikan kepadanya. Demikian pula manusia tidak bisa disalahkan jika memiliki kecenderungan untuk menerima berbagai hal yang menurutnya baru dan bagus untuk kehidupannya. Yang bisa di katakan salah adalah, ketika kita menerimanya secara berlebih bahkan menerimanya secara membabi buta tanpa adanya filter atau saringan yang jelas untuk memilah mana yang baik untuk kita terima dan mana yang buruk dan hendaknya kita menjauhkan diri darinya.
Begitu banyak filter sebenarnya yang bisa kita gunakan untuk menyaring berbagai hal yang hendak kita terima. Tentu yang utama adalah filter yang berlandaskan nilai-nilai yang syar’i (Al Qur’an dan Al hadis), lalu nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral ataupun nilai-nilai rasio dan segala hal yang menjadi etika umum sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam masyarakat.
Saya menganalogikannya dengan apa yang pernah saya baca dari buku Rahasia Ikhwan Nyebelin yang sedikit diubah redaksinya namun esensinya sama. Jika kita ibaratkan Al Qur’an dan Al hadis adalah filter pertama dengan memiliki poin 1, budaya 0, moral 0, dan rasio 0. Maka saat kita mendapatkan hal yang baru dan tidak bertentangan dengan ke empat poin itu artinya nilai yang akan didapatkan adalah 1000, perfect. Jika kita menerima sesuatu yang bertentangan dengan budaya misalnya tapi dari segi Al Qur’an dan Al Hadis serta nilai nilai lainnya tidak bertentangan maka poin yang diraih adalah 100. Demikian pula seterusnya hingga ketika mendapatkan suatu hal yang bertentangan dengan ke tiga indikator poin kecuali al Qur’an dan al Hadis maka minimal kita mendapatkan poin 1. 
Berbeda misalnya jika secara filter bertentangan dengan al Qur’an dan al Hadis tapi cocok dengan ke tiga indikator poin lainnya yaitu nilai budaya, moral dan rasio, nilai yang terkumpul akan tetap 0.001 bagaimanapun caranya.
Maka renungkanlah kembali filosofi gelas, dengan keberadaan kita sebagai manusia, ternyata filter itu sangat penting untuk membina diri kita menjadi lebih baik, karena TIDAK SEMUANYA SESUAI DENGAN KEADAAN KITA.
Kesimpulan nya kembali kepada para pembaca semua.

HD Gumilang

0 comments:

Posting Komentar