Hambatan yang paling
sering timbul ketika menggarap tulisan adalah rasa malas. Hal inilah yang
seringkali melanda para penulis pemula. Seringkali para pemula ini mendapatkan
input semangat yang luar biasa besar setelah berinteraksi dengan para
penulis-penulis yang lebih berpengalaman. Namun sayangnya, semangat yang besar
itu tidak diimbangi dengan kapasitas wadah yang sama besarnya untuk menampung
berbagai macam kreatifitas, imajinasi dan ide yang dimilikinya. Akibatnya
muncul kelebihan muatan atau overload yang diibaratkan jika terlalu
banyak gula yang dituangkan kedalam segelas air tidak akan lagi dapat
dilarutkan akibat penimbunan gula jenuh. Begitu pula dengan penulisan, semangat
menggebu-gebu yang dimiliki biasanya tidak terkontrol dengan baik dan memadai.
Malas bisa diartikan
sebagai suatu sikap berleha-leha dan menggampangkan sebuah pekerjaan dengan
ciri-ciri berhentinya aktifitas kita menjadi pasif. Malas bisa
diidentifikasikan seperti lebih banyak membuang-buang waktu dengan
tidur-tiduran, melakukan aktifitas yang tidak banyak manfaatnya seperti main
game, selalu menunda-nunda pekerjaan, selalu memilah-milah mana yang akan
dikerjakan namun ujung-ujungnya tidak dikerjakan sama sekali.
Bagi penulis pemula,
kesiapan diri untuk memperoleh ide-ide serta inspirasi dari para penulis
terkenal adalah hal yang sangat penting. Tanpa itu, bisa jadi ilmu yang telah
diperoleh akan menjadi sia-sia saja. Diantara kesiapan diri itu misalnya kita
harus memiliki kesadaran bahwa menulis itu bagian dari pengembangan potensi
diri yang sangat berharga. Dengan menganggapnya berharga maka kita akan selalu
dapat menjaga setiap ilmu yang diperoleh. Kemudian jangan lupa untuk selalu
bersikap segera atau menyegerakan diri. Maksudnya begini, setiap kali kita
mendapatkan inspirasi, kita dianjurkan untuk lekas-lekas menuliskannya dan
menggarapnya sampai tuntas. Kebiasaan dari penulis pemula umumnya selalu
menunda-nunda pengerjaan tulisan. Akibatnya banyak outline tulisan yang tidak
terselesaikan. Semakin banyak yang tidak terselesaikan semakin besar peluang
diri ini untuk semakin malas mengerjakannya.
Rasa malas juga dapat
dikenal akibat faktor eksternal atau diluar dari diri kita sendiri misalnya
kurangnya apresiasi orang-orang atas karya yang telah kita buat menjadikan kita
malas untuk berkarya lagi karena mereka mengatakan begini, “Cerpen kamu bagus,
sayangnya belum layak dimuat.” “Novelnya sudah panjang, tapi maaf masih belum
bisa diterbitkan. Silahkan diperbaiki ya.” Disadari atau tidak, penolakan
mengapresiasi suatu karya sastra itu akan mendorong kita untuk berkata, “buat
apa saya membuat cerpen jika gak ada yang ngerespon?” atau, “saya udah
cape-cape bikin novel sekian bab tapi tetap aja ditolak di penerbitan.”
Ada baiknya kita
berfikir positif, husnudzan atas kendala-kendala seperti yang diuraikan di
atas. Anggaplah penolakan itu sebagai pendorong bagi kita untuk mengoreksi
kesalahan dan memperbaikinya kembali. Bisa jadi memang ada yang kurang dalam
karya yang telah kita hasilkan sehingga harus direvisi namun jika memang tidak
ada yang salah (dalam ukuran kita sendiri) anggaplah ini sebagai sarana untuk
menjadikan tulisan kita itu lebih baik lagi dari yang sudah kita selesaikan
sebelumnya.
Penulis-penulis besar
yang kita kenal seperti Mbak Helvy Tiana Rosa misalnya terbiasa menggarap
tulisan secara cepat. Contohnya mahakaryanya berjudul Ketika Mas Gagah Pergi
yang diselesaikan hanya dalam waktu satu jam saja selepas shalat tahajud.
Kang Habiburrahman el
Shirazy terbiasa merampungkan novel-novelnya sambil bepergian ke berbagai
tempat atau secara sederhana bisa dikatakan selalu memanfaatkan setiap waktu
luang untuk menyelesaikan tulisan-tulisannya.
Ustadz Solikhin Abu
Izzudin penulis Zero to Hero mengatakan bahwa beliau menyelesaikan karya motivasinya
itu ketika sedang terbaring sakit. Beliau menggunakan waktu penyembuhan dengan
cara banyak-banyak menulis daripada meratapi kondisi dirinya yang sedang
sakit-sakitan.
Cegahlah rasa malas -karena
memang kita tidak bisa menghindar dari rasa malas- ketika menulis sebuah karya
baik itu cerpen, novel, artikel, essay dan sejenisnya. Karena semuanya akan
menjadi sebuah kebiasaan. Jika kebiasaan kita adalah mencegah rasa malas maka
insya Allah yang akan menjadi kebiasaan adalah semangat dan rajin untuk menyelesaikan
tulisan. Namun, jika rasa malas tidak bisa dicegah, jangan heran ini akan
menjadi sebuah kebiasaan jelek, tulisan demi tulisan menganggur tidak
terselesaikan.
Cara yang paling
efektif untuk mencegah diri kita dari rasa malas ya dengan terus menerus
menulis. Jangan pernah berhenti untuk menulis. Teruslah gerakkan tangan kita
untuk merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah susunan cerita yang
menarik. Teruslah menulis sepanjang hayat hingga pada akhirnya kelak Allah
memanggil kita kembali. Kita hanya istirahat sejenak untuk mengisi bahan bakar,
menggali ide, menemukan inspirasi dan sesekali menengok kebelakang untuk
mengambil pelajaran dari semua hal yang telah kita kerjakan. Ibarat bertanding
sepakbola, setelah babak pertama berakhir kita diberikan kesempatan
beristirahat untuk mengatur strategi di babak kedua, jika babak pertama bermain
jelek maka kita perbaiki supaya di babak kedua bermain baik, namun jika di
babak pertama sudah bermain baik maka kita benahi diri supaya di babak kedua
semakin baik. Manusia pasti akan mati namun karya yang kita hasilkan akan
abadi, begitu Ali bin Abi Thalib menasehati kita. Atau kata Chairil Anwar, Aku
mau hidup seribu tahun lagi.
Namun sedikit tambahan
sebagai pemicu kita agar senantiasa semangat dalam membuat karya maka, cegahlah
rasa malas dengan selalu ingat bahwa menulis itu bagian dari ibadah kita kepada
Allah. Cegahlah rasa malas dengan selalu ingat bahwa menulis itu sebagai wujud
kontribusi kita dalam memajukan peradaban Islam. Cegahlah rasa malas dengan
selalu ingat bahwa dengan menulis berarti kita telah memperkaya khasanah sastra
yang ada di negeri ini. Cegahlah rasa malas dengan selalu ingat bahwa menulis
seperti kita bernafas, tidak terpisahkan.
Semangat menulis,
semangat berkarya!
Biarlah tangan ini
melepuh bersama tulisan, karena itu lebih aku sukai daripada tanganku berkubang
dalam kemalasan…
~:: HD Gumilang MN ::~
Syukron ustd. Sangat bermanfa'at.. :)
BalasHapusAfwaaan :)
BalasHapus