Kamis, 20 Februari 2014

Membuka Ruang Maaf: Kita Bukan Penghakim Masa Lalu

By: HD Gumilang

Tak dapat dipungkiri, setiap insan memiliki aibnya masing-masing. Sebuah noktah hitam yang enggan orang lain mengetahuinya. Dia akan berusaha menguburkannya dalam-dalam. Menutupinya rapat-rapat. Menyembunyikannya menjadi kenangan lampau yang tak ingin dibahas kembali di masa kini, ataupun masa depan nanti.

Hati mana yang tak teriris sembilu, jika nista di masa lalu mencuat ke permukaan. Padahal diri telah bermetamorfosis, atau setidaknya terus berusaha untuk terus bermetamorfosis. Segala macam pembelaan dikeluarkan, sembari menuturkan beragam penyesalan-penyesalan. Namun tetap saja mimpi buruk itu terus menghantui.

Ada orang-orang di sekitarnya, yang mengetahui betapa kelamnya masa lalunya. Dan memori itu melekat kuat tentangnya. Hingga tiap kali berpapasan, kontruksi pikiran yang pertama kali muncul adalah, "Oh, itu si dia, yang kukenal dulu ahli maksiat."

Orang lain belum mau membuka ruang maaf untuk menerima kenyataan bahwa dia telah menjadi sosok baru. Memang bagian yang tersulit dari kehidupan adalah melupakan masa lalu yang kusam.
----------
Tapi, kita bukanlah penghakim masa lalu. Kita tidak memiliki kekuasaan untuk menilai masa lalu seseorang kemudian menjatuhkan hukuman, "Kamu pelaku maksiat. Kamu pendosa. Kamu penuh kotoran. kamu coreng moreng. Borokmu itu tak termaafkan."

Kita adalah manusia, tempat bersemayamnya aneka macam kesalahan, sekaligus berhimpun didalamnya beragam kebaikan. Sebab makhluk Allah yang luput dari dosa dan dosa hanyalah malaikat. Sebab makhluk Allah yang luput dari kebaikan dan kebaikan hanyalah syaitan.

Hendaknya diri membangun sebuah ruang maaf bagi masa lalu. Mengikhlaskannya. Peristiwa yang pernah terjadi bukanlah pembenaran untuk terus terpuruk dalam larut dalam intaian mimpi buruk.

Kita harus lepas dari masa lalu untuk menjalankan kehidupan di hari ini seraya merangkai asa untuk masa depan.

sekali waktu, kita harus berani untuk tidak mendengarkan kicauan-kicauan yang menjatuhkan mental apalagi jika itu hanyalah segumpalan kata-kata yang bermodalkan masa lampau yang terkuak.

Karena..
Seseorang yang baik di masa kini pernah punya masa lalu yang buruk. Dan seseorang yang buruk di masa kini masih punya masa depan yang baik.
---------

Seandainya memaafkan kesalahan orang lain di masa lalu itu sukar adanya, tentulah kita akan kesulitan untuk memohon maaf atas dosa dan dosa yang dilakukan kepada orang lain.

Belajar untuk memberikan maaf, sebelum orang lain meminta maaf.

[Sukamaju-Cianjur, Februari 2014]
*Kumenuliskan ini setelah usai membaca novel Cinta Tak Sempurna karya Jonru.

0 comments:

Posting Komentar