Bagi saya, seorang penulis ibarat seorang pemain piano, sebagus apapun jemarinya memainkan tuts-tuts piano, namun jika dia tidak bisa menjiwai setiap lagu yang dimainkan, rasanya terdengar akan biasa saja di telinga kita.
Bayangkan misalnya kalau kita masak sayur, kekurangan bumbu seperti garam misalnya, tentu rasanya akan hambar, bukan?
Begitupula dalam menulis cerita, kita tidak bisa hanya mengandalkan kualitas imajinasi saja. Tanpa menghadirkan jiwa dalam tulisan yang kita buat, percayalah seindah dan setebal apapun tulisan yang kita hasilkan, akan kosong dari makna.
Bagaimana solusinya? Cobalah menulis dengan jiwa yang bebas, lepas, luas, dan tulus. Posisikan diri kita sebagai salah satu pemeran di dalam ceritanya. Sesingkat apapun tulisan yang kita hasilkan, jika jiwa kita dihadirkan maka cerita itu akan memberikan segudang makna yang besar dan tersimpan selamanya dalam benak kita dan para pembaca
Mari kita temukan, mari kita bangunkan dengan lembut dan penuh perasaan, jiwa-jiwa yang selama ini tertidur dengan pulasnya dalam diri kita.
Saling menghendaki bagi melengkapkan
BalasHapus